Desember ini menandai lima belas tahun sejak KH.
Abdurrahman Wahid, atau yang akrab disapa Gus Dur, berpulang. Para aktivis dan
warga Nahdlatul Ulama (NU) kembali mengenang kehadiran serta kontribusi besar
yang beliau berikan semasa hidupnya, baik sebagai tokoh bangsa maupun pemimpin
NU. Gus Dur wafat pada 30 Desember 2009.
Ungkapan
"Gitu aja kok repot" yang sering diucapkan oleh KH. Abdurrahman Wahid
(Gus Dur) telah menjadi ikon dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia.
Meskipun terkesan sederhana dan bernuansa humor, ungkapan ini mengandung makna
mendalam yang selaras dengan nilai-nilai tasawuf falsafi. Tasawuf falsafi
adalah cabang dari tasawuf yang mengintegrasikan filsafat dengan spiritualitas
Islam, menekankan hakikat kehidupan, kebijaksanaan, dan kedamaian batin.
Tasawuf
falsafi berakar pada pandangan bahwa kehidupan dunia hanyalah fana, sementara
kehidupan hakiki adalah kehidupan ukhrawi. Konsep ini mendorong manusia untuk
melampaui ego, mencari kedamaian batin, dan memahami hikmah di balik setiap peristiwa.
Sebagaimana firman Allah:
"Dan
kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya." (QS.
Al-Hadid: 20)
Dalam
hadis, Rasulullah SAW bersabda:
"Dunia
adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir." (HR.
Muslim)
Dua
referensi ini mengajarkan bahwa dunia hanyalah tempat persinggahan sementara
yang tidak layak dijadikan tujuan utama. Prinsip ini tercermin dalam ungkapan
Gus Dur yang mengajak untuk tidak berlebihan dalam merespons masalah duniawi.
"Gitu
aja kok repot" mencerminkan ajaran tasawuf yang menekankan bahwa segala
urusan duniawi bersifat sementara. Gus Dur, melalui kalimat ini, mengajarkan
untuk tidak membebani diri dengan hal-hal yang tidak esensial. Sebagaimana
Allah SWT berfirman:
"...supaya
kamu tidak berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu
tidak terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu." (QS.
Al-Hadid: 23)
Tasawuf
falsafi menekankan pentingnya ketenangan batin dalam menghadapi berbagai
tantangan hidup. Gus Dur, dengan gaya humornya, menunjukkan bahwa banyak
masalah dapat diselesaikan dengan sikap tenang. Rasulullah SAW bersabda:
"Orang
yang kuat bukanlah yang menang dalam pergulatan, tetapi orang yang kuat adalah
yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Tasawuf
mengajarkan hidup sederhana dan memandang hikmah di balik segala peristiwa. Gus
Dur, melalui ungkapannya "Gitu aja kok repot", mengingatkan bahwa
kebijaksanaan tidak selalu harus diungkapkan secara serius. Allah SWT
berfirman:
"Sesungguhnya
sesudah kesulitan ada kemudahan." (QS. Al-Insyirah: 6)
Ungkapan
ini mengandung optimisme bahwa segala kesulitan pasti ada jalan keluarnya, sehingga
tidak perlu berlarut-larut dalam kekhawatiran.
Tasawuf
falsafi mengajarkan untuk mengendalikan ego sebagai sumber konflik. Ungkapan
"Gitu aja kok repot" mengajak untuk tidak terjebak dalam perdebatan
atau masalah kecil yang bisa merusak hubungan sosial. Dalam Al-Qur'an
disebutkan:
"Dan
hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di
atas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,
mereka mengucapkan kata-kata yang baik." (QS. Al-Furqan: 63)
Dalam
kehidupan modern yang serba cepat, ungkapan ini relevan sebagai pengingat untuk
tidak terjebak dalam kepanikan atau stres yang berlebihan. Tasawuf falsafi
memberikan pendekatan yang seimbang untuk menghadapi masalah, yaitu dengan
berpikir positif, bersikap tenang, dan mencari hikmah. Hal ini sangat relevan
di era saat manusia sering kali terjebak dalam "overthinking"
terhadap masalah-masalah kecil.
Nilai-nilai
ajaran mendiang Gus Dur yang tetap hidup dan menginspirasi, saya menyebutnya
sebagai: Filsafat "Gitu Aja Kok Repot!" Al-Fatihah untuk beliau dan
seluruh ulama Nusantara.