Di tengah maraknya klaim kebenaran dan persaingan untuk menjadi yang "paling sunnah," seringkali kita terjebak dalam formalisme tanpa menyentuh inti dari meneladani Nabi Muhammad SAW. Padahal, esensi sejati dalam meniru Rasulullah tidak terletak semata pada bentuk, tetapi pada penerapan sifat-sifat mulianya dalam kehidupan sehari-hari.
Nabi Muhammad SAW adalah sosok manusia paripurna yang diutus untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Beliau dikenal dengan sifat siddiq yang berarti jujur, sehingga setiap kata yang beliau ucapkan adalah kebenaran yang membawa kedamaian. Sifat amanah, atau dapat dipercaya, menjadi bukti integritasnya sebagai pemimpin dan pribadi. Tidak hanya itu, sifat tabligh, menyampaikan wahyu Allah dengan penuh tanggung jawab, menjadikan beliau komunikator ilahi yang bijaksana.
Selain itu, Nabi Muhammad adalah pribadi yang fathonah, cerdas, dan penuh kebijaksanaan. Namun, kecerdasan beliau selalu dibarengi dengan tawadhu', rendah hati, tanpa pernah menyombongkan diri. Beliau memiliki cinta dan kasih sayang yang tulus kepada semua makhluk, bahkan kepada mereka yang memusuhi atau melukai beliau.
Dalam hal keadilan, Nabi Muhammad menjadi teladan. Beliau memimpin dengan bijaksana, tanpa pilih kasih, dan penuh toleransi, bahkan terhadap mereka yang berbeda keyakinan. Sebagai seorang pemimpin, beliau tidak hanya menginspirasi tetapi juga melindungi dan memaafkan. Beliau tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan, melainkan memilih untuk memaafkan dan membuka ruang perdamaian.
Sifat-sifat ini adalah sunnah sejati yang seharusnya menjadi acuan kita. Menghidupkan sunnah berarti menjadi pribadi yang jujur, amanah, adil, penuh kasih, rendah hati, dan bijaksana dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah teladan yang jauh lebih bermakna daripada sekadar memamerkan simbol atau formalisme tanpa pemahaman esensi.
Mari jadikan sunnah sebagai jalan hidup yang membentuk kita menjadi manusia yang lebih baik, bukan sebagai ajang klaim dan persaingan. Rasulullah SAW hadir untuk menyempurnakan akhlak, dan tugas kita adalah meneladaninya dengan sepenuh hati dalam setiap aspek kehidupan. Sebab, sunnah itu bukan soal terlihat paling Islami, melainkan bagaimana kita membawa keindahan Islam dalam sikap dan perilaku kita setiap hari.
Referensi: Prof. Quraish Shihab & Gus Baha ,Ngaji Bareng bersama Prof. Quraish Shihab & Gus Baha: Memahami Al-Qur'an dengan Meneladan Rasulullah, Universitas Islam Indonesia , 5 Desember 2024, : https://www.youtube.com/watch?v=OVB1h6v5oOk&t=1748s